End Year, and the start of new year: what it means to have resolution

Saya masih ingat dan masih ada juga catatan saya tentang resolusi di awal tahun 2014. Saya kembali membuka catatan itu, dan cukup terkejut, karena beberapa resolusi sudah tercapai dan ada pula yang belum. Ini resolusi yang saya tuliskan di awal 2014:

  1. Pergi minimal ke 3 negara di dunia, salah satunya JEPANG –> Alhamdulillah tercapai, saya pergi ke Malaysia dan Singapura pada 14-20 Januari 2014, lalu karena saya mendapatkan beasiswa S2 ke Jepang, pada 24 September saya berangkat dan transit di Korea pada 25 Desember, dan tiba di Jepang 25 Desember. So, kalau mau dihitung ada 4 negara (walaupun di korea cuma setengah jam aja, haha)
  2. Berhasil mendapatkan beasiswa S2 ataupun research ke luar negeri –> Alhamdulillah, saya mendapat beasiswa S2 monbusho ke Kyushu Institute of Technology
  3. Wisuda S1 pada Juli 2014 –> Alhamdulillah, sesuatu banget nyelesai in TA yang udah gatau mau digimanain lagi, haha. Wisuda, buah yang sangat manis
  4. Hafal minimal 3 surat di Juz 29 –> hanya bisa menambah 2 surat juz 29 saja
  5. Jalan-jalan bersama Ibu dan kakak-kakakku ke luar negeri –> belum bisa
  6. IP semester 8 lebih dari 3,6 –> Yattaaa!!! akhirnya IP gede juga di akhir tahun, haha
  7. TOEFL score ≥ 550 –> Gak nyangka skor toefl bisa menjadi 577 juga, alhamdulillah

Itulah 7 resolusi yang saya tuliskan dengan kata-kata “HARUS” tercapai, haha. Meskipun belum bisa tercapai semua, saya bersyukur beberapa ada yang sudah diberi kesempatan oleh Allah untuk saya capai. Dan tentu, di tahun 2015 ini juga saya punya resolusi, tapi tidak akan saya tuliskan disini sekarang, hehe.

Tapi, kenapa harus resolusi?

sebenarnya, tidak harus, kawan. Toh resolusi hanyalah sederetan kalimat tentang apa yang disebut target. Resolusi tidak mengekang, tidak juga membuat kita tertekan untuk mencapainya. Tapi, ketika resolusi ada, target itu, ya, TARGET itu seakan jelas untuk kita capai. Saya jadi teringat lagi tentang film motivasi buatan Danang Ambar P. dari IPB. Dia menuliskan 100 target dalam hidupnya yang kemudian satu persatu dia coret karena telah berhasil dicapai. Saya ingat saya pernah menulis seperti itu juga, tapi kertas targetnya sekarang sudah hilang entah kemana, haha (memang bukan tipe to do list sih :p). Tapi benar, target membuat jalan yang kita tempuh lebih terarah, seakan-akan ketika kita keluar atau jauh dari mencapai target, ada perasaan: “Aduh… ayo itu targetmu menunggu, masa’ tidak bisa dicapai??” dan perasaan itu yang sampai saat ini membuat saya selalu berusaha mencapai target yang saya tuliskan, minimal mencapai resolusi itu.

Dan, ya, meskipun agak terlambat, di Jepang ini orang-orang punya kebiasaan mengucapkan : “Akemashite Omedetou gozaimasu!” yang artinya ya selamat tahun baru. Diucapkan juga untuk saling mendo’akan kesuksesan di tahun yang baru. Akhir tahun ini, seperti sebelum-sebelumnya pun saya tidak merayakan secara khusus. Meskipun akhirnya saya bisa juga jalan-jalan sendiri ke Kyoto dan Osaka menggunakan Juuhachi kippu (tiket 18), haha. Pengalaman luar biasa dan tak bisa dilupakan begitu saja, haha. Dan sisa Juuhachi kippu akhirnya ada 3 lagi, 1 saya pakai ke Kumamoto, dan 2 lagi saya belum ada rencana. Sudah masuk tanggal 5 sih, jadi mode liburan off.

Yap, end of the year, 2014, menyisakan banyak kenangan. Tahun 2014 yang luar biasa. Tahun yang membahagiakan, membuat tertawa, menangis, banyak lalai, banyak istigfar, dan tahun dimana saya merasakan pusingnya menjadi seorang pembina. Every moment last in the photos, memory, and relation. Saya tidak tahu akan jadi apa tahun 2015 ini. The start of new year, the start of being older again. Lebih berpikir untuk memecahkan masalah tidak hanya dengan menangis, tapi juga dengan berpikir logis. Bertindak dan berprilaku lebih islam, menambah ilmu dan mengamalkannya.

So, what will be “us” in 2015? Lets start with several target, and let’s see what we can be then!

Leave a comment