Tentang Lagu

Secara iseng beberapa saat yang lalu saya membuka browser, lalu mengetikkan “hidup tanpa musik” pada search engine. Dalam beberapa detik, mbah gugel melaksanakan tugasnya, dan menampilkan laman-laman teratas dengan titel berbeda-beda. “Hidup tanpa musik? membosankan!” itu titel dari stylefmtasik yang sudah pasti merupakan web sebuah radio. Jelas mereka bilang kayak gitu karena kehidupan broadcast gak bisa dipisahkan dari musik. Lalu di urutan kedua teratas ada “Hidup tanpa musik adalah kesalahan! | Masdendy’s blog”, ohoho, blog nya mas mas. Alay sih si mas nya menurut saya. Wong masih banyak orang yang merasa hidup tanpa musik sah-sah saja, haha. Lanjut di urutan ketiga ada “Hidup berkah tanpa musik – Al-Quran dan Sunnah”. Hmm, memang sejak dulu ada beberapa pendapat tentang mendengarkan musik dalam islam. Ada yang sangat strict  sampai mengatakan haram. Ada yang hukumnya boleh. Well, hukum asal segala hal adalah boleh sampai ada sesuatu yang membuat tidak boleh(diharamkan)-atau mengakibatkan kemudharatan. Misalnya, lirik dalam musik itu merupakan pemujaan pada selain Allah, atau mendengarkan musik membuat kita lupa shalat, lupa baca Qur’an, dsb, itu bisa menjadikan haram. Mungkin kalau bertanya pada orang-orang disekitar, jawaban mereka juga pasti akan berbeda tentang hukum mendengarkan musik. Hmm.. okelah, tapi untuk saat ini saya tidak bermaksud menulis tentang hukum mendengarkan musik.

Saya sendiri tidak ingat kapan persisnya saya mulai mendengarkan dan menyukai musik. Mungkin sejak kecil saat menonton acara TV dan setiap awal dan akhir program selalu ada lagunya. Atau mungkin sejak di SD saat pelajaran kesenian dan guru mengajarkan lagu untuk kami. Tapi yang pasti musik ini menjadi salah satu teman setia saya saat mengerjakan sesuatu. Beres-beres rumahlah, nyuci baju lah, ngerjain TA lah, waktu kesel lah, bahkan waktu senang. Lagu penyemangat, lagu cinta, lagu patah hati, lagu reliji, bahkan sampai lagu yang gak jelas nyeritain apa– sudah pernah saya dengarkan. I love music, but not a particular type of music. Selama saya rasa liriknya bagus, nadanya oke, dan masih bisa didengarkan (kadang ada lagu yang bikin telinga sakit, haha), saya pasti dengarkan. Bahasanya? anything’s fine. It doesn’t mean i can tell everything after listening to it, but seriously, music is universal. Kamu gak harus  jadi orang inggris demi mendengarkan dan paham lagu bahasa inggris, atau menjadi orang jepang untuk mendengarkan dan paham lagu jepang. Well, kalo niat-niat banget sih, cari liriknya di internet lalu copas ke gugel translet. Done. You can understand the song. 

Tapi, memang, musik bisa dibilang pelengkap hidup (halah lebay). Tapi tanpa musik, seperti sup tanpa garam atau seperti semur tanpa kecap. Beberapa hari terakhir saya kembali mendengarkan musik Indonesia. Meskipun beberapa orang bilang lirik lagu sekarang gak berkualitas, tapi saya tetap merasa musik Indonesia oke punya. Mau pop nya kah, ataupun dangdutnya, terdengar oke (bahas tentang lirik lain kali aja). Contohnya, musik yang sering saya dengarkan dari dulu itu musik nidji yang kata orang-orang agak niru coldplay. Hm.. yah, sebenarnya “agak” sih, tapi gak plagiat juga. Menurut saya, musik mereka keren-keren. Apalagi yang akhir-akhir ini jadi soundtrack film. Sampai-sampai mereka sempat disebut “King of Soundtrack”. Musik lainnya saya senang dengan Peterpan (sekarang Noah), Lagu-lagu Ari lasso, Ebiet G. Ade, Iwan Fals, Bondan & Fade2Black, d’massive, dan masih banyak band lainnya. Yang solo saya paling suka suara Vidi Aldiano, haha. Kalau dari barat, saya paling suka dengan musiknya Taylor Swift. Segar, kadang humoris, seakan-akan dianya sendiri nyerita langsung ke kita. Ada juga Owl city yang type musiknya mengingatkan ke band Jepang Sekai no Owari. Dan jangan lupa juga ada One Direction yang lagunya enak-enak banget.

Bicara musik, gak bisa lepas sekarang sama pengaruh boyband-girlband dari Korea. Bahkan Indonesia beberapa waktu lalu ikut-ikutan ngebentuk boyband-girlband. Bisa dibilang “Hallyu wave” ini merasuk ke dalam musik Indonesia. Gak apa-apa sih sebenarnya. Cuman, terkenalnya itu loh, cuman bentar doang, habis itu lenyap lagi. Tapi gak berarti  saya gak suka musiknya dari boyband girlband. Kalau dari korea, saya paling suka sama SHINee yang kalo manggung sering banget nyanyi tanpa lipsing padahal nge-dance nya juga oke. Ini baru yang namanya totalitas, hehe. Kalau dari Jepang, saya suka random denger-denger lagu yang kebanyakan soundtrack dari anime. Yap, banyak sekali lagu soundtrack anime yang bagus–baik lirik maupun nadanya. Selebihnya, musik dari India, Irlandia (semacem musiknya Julie Fowlis yang pake bahasa kayak “viking”), atau bahkan musik Rusia, saya suka juga meskipun gak ngerti artinya sama sekali. Kalau dari Nasyid, saya yang mainstream saja, paling suka sama edcoustic, apalagi lagu “Sepotong episode” yang selalu membuat terharu.

Well, inilah sekilas tulisan random tentang musik. Gak ada tujuan apapun, cuma lagi pingin nulis.  Dan pingin banget nulisin salah satu liriknya Nidji “Kita berlima (OST. 5 cm)”

“Yok berlari, lihat dunia, keluar dari rumah kita!!!”

Leave a comment